Ironi Kampus Hari Ini: Saat 'Outfit' Lebih Menonjol dari 'Output' Gagasan
- Diposting Oleh Admin Web Prodi MPI
- Kamis, 23 Oktober 2025
- Dilihat 121 Kali
Oleh: Lathyva Nur Wahyuni
Mahasiswa Prodi MPI angkatan 2024
Kampus merupakan lembaga pendidikan tinggi yang memiliki peran penting dalam membentuk intelektualitas dan karakter mahasiswa. Namun, berbagai fenomena belakangan ini menunjukkan adanya kecenderungan di beberapa kalangan mahasiswa yang mana lebih memfokuskan diri untuk memamerkan outfit atau gaya berbusana dibandingkan mengasah kemampuan berpikir kritis mereka. Fenomena ini perlu mendapat perhatian serius karena berpotensi menggeser nilai utama dari pendidikan tinggi itu sendiri.
Tidak sedikit mahasiswa yang telalu sibuk memikirkan “outfit of the day” hingga lupa untuk mempersiapkan materi kuliah sebelumnya atau bahkan absen karena merasa tidak percaya diri dengan penampilannya. Ironisnya, sebagian justru menganggap tampil modis lebih penting daripada hadir di kelas untuk berdiskusi atau mengklarifikasi pelajaran yang belum dipahami. Padahal, esensi menjadi mahasiswa bukan sekadar terlihat keren, melainkan memiliki pandangan kritis dan daya analisis yang tajam terhadap fenomena sosial yang terjadi di sekitarnya.
Prioritas utama kampus adalah menjadi ruang akademik yang mendorong mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan analisis, mengevaluasi berbagai informasi, dan berdiskusi secara sehat serta kritis. Dulu, kampus selalu penuh dengan mahasiswa yang aktif berdiskusi, saling bertukar pikiran meski berasal dari jurusan berbeda dan tidak saling mengenal. Tidak ada kata “gengsi” dalam diskusi itu, justru itu yang membangun intelektualitas mereka. Kini, ruang-ruang itu perlahan tergeser oleh tren konten “OOTD kampus” yang memenuhi lini masa media sosial. Jika hal ini terus dibiarkan, fungsi utama kampus sebagai pusat pengembangan intelektual akan tergerus oleh budaya tampil semu.
Di era media sosial yang kian maju, tren fashion dan budaya pamer outfit semakin mudah tersebar dan memengaruhi pola pikir mahasiswa. Maka penting bagi kampus untuk mengedukasi literasi digital dan membangun kesadaran akan esensi pendidikan. Penampilan yang rapi dan sesuai konteks tetap perlu diperhatikan sebagai bagian dari sikap profesional, tetapi jangan sampai mengalahkan esensi utama kampus sebagai pusat pengembangan intelektual.
Tentu, penampilan bukan hal yang salah untuk diperhatikan, tetapi juga harus proporsional dan tidak mengalahkan fokus utama pendidikan. Dosen dan pengelola kampus punya peran besar dalam membentuk kultur berpikir kritis melalui penguatan nilai akademik dan kegiatan yang melibatkan diskusi interdisipliner. Dengan begitu, mahasiswa dapat mengasah kemampuan analitis sekaligus belajar menyeimbangkan penampilan dan kemampuan intelektualnya. Dengan membangun kultur kampus yang mengutamakan berpikir kritis, mahasiswa bukan hanya siap menguasai dunia kerja, tapi juga mampu menjadi agen perubahan yang berwawasan luas. Oleh karena itu, kampus harus menjadi ruang pengasah kemampuan berpikir kritis, bukan tempat untuk sekadar pamer outfit. Di sanalah seharusnya ide-ide besar tumbuh, bukan sekadar gaya berpakaian yang dipamerkan. Penampilan memang bisa memikat mata, tapi pemikiran kritislah yang bisa membawa perubahan nyata.